Trend pertumbuhan dana perusahaan modal ventura tidak berlanjut di kuartal I, 2020

Perusahaan-perusahaan modal ventura yang memiliki dana kelolaan untuk pasar Asia Tenggara berhasil mengumpulkan modal baru sebesar US$1.3 milyar di tiga bulan pertama tahun ini.

SINGAPURA, 19 Mei 2020 -- Perusahaan-perusahaan modal ventura yang memiliki dana kelolaan untuk pasar Asia Tenggara berhasil mengumpulkan modal baru sebesar US$1.3 milyar di tiga bulan pertama tahun ini. Perolehan ini mengakhiri trend pertumbuhan tiga bulanan yang dimulai sejak kuartal pertama tahun lalu, menurut laporan DealStreetAsia yang berjudul Southeast Asia’s VC Funds: Q1 2020 Review.

Data yang dikumpulkan oleh DealStreetAsia menunjukan bahwa total pendanaan yang dikumpulkan dari investor semenjak awal Januari hingga akhir Maret turun 47 persen bila dibandingkan dengan tiga bulan sebelumnya. Meski demikian, dana yang dikumpulkan tumbuh lebih dari tiga kali lipat bila dibandingkan dengan perolehan di kuartal pertama tahun 2019.

Dari total 10 perusahaan modal ventura yang mendapatkan pendanaan, lima perusahaan berhasil mencapai akhir dari periode penggalangan dana (final close) dengan total perolehan sebesar US$330 juta, sementara lima perusahaan lainnya membukukan perolehan sementara (interim close) sebesar $996 juta. Perusahaan modal ventura yang berbasis di Asia Tenggara menyumbangkan 77 persen dari total perolehan dana, sementara sisanya dikumpulkan oleh perusahaan ventura asing yang memiliki alokasi investasi untuk salah satu atau beberapa negara di Asia Tenggara.

Singapura dan Indonesia, pasar terpenting di Asia Tenggara

Sebagai basis dari perusahaan-perusahaan modal ventura yang paling berpengaruh di Asia Tenggara, Singapura dan Indonesia mendominasi perolehan dana segar dengan besaran masing-masing $865 juta dan $161 juta. Sementara itu, tidak ada perusahaan modal ventura yang membukukan penggalangan dana baru di Malaysia, Thailand, Vietnam dan Kamboja di kuartal pertama tahun ini.

Tiga perusahaan Singapura dengan perolehan terbesar di kuartal pertama adalah B Capital dengan $600 juta, Vickers Venture dengan $200 juta dan Credence partners dengan $50 juta. Hanya ada tiga perusahaan Indonesia yang berhasil menggalang dana di kuartal pertama: BRI Ventures dengan $136 juta, OCBC Ventura dengan $15 juta dan Indogen Capital dengan $10 juta.

Meskipun penggalangan dana melemah di kuartal pertama, perusahaan modal ventura tetap memiliki banyak amunisi untuk berinvestasi di perusahaan rintisan. Berdasarkan data perusahaan modal ventura yang berhasil mencapai akhir dari periode penggalangan dana di empat kuartal ke belakang, telah terkumpul modal sebesar US$5.8 milyar yang dapat diinvestasikan di perusahaan rintisan.

Selain penggalangan dana yang sudah mencapai akhir periode, saat ini ada 53 perusahaan modal ventura yang masih dalam proses penggalangan dana dengan total target sebesar US$8.4 miliar untuk Asia Tenggara. Sejauh ini, hanya 30 persen dari total target telah terpenuhi. Perusahaan dengan target pengumpulan dana terbesar adalah Vanda Global Capital dengan US$1.5 miliar untuk Agritech Fund, B Capital dengan US$750 juta untuk Fund II, dan Vickers Venture dengan US$500 juta untuk Fund VI.

 

 

 


Tantangan di depan mata

Performa penggalangan dana perusahaan modal ventura diprediksi akan semakin melemah di bulan-bulan kedepan, sebagai akibat dari dampak pandemi Covid-19 terhadap kegiatan sosial dan ekonomi secara global.

“Performa penggalangan dana di kuartal pertama belum sepenuhnya menggambarkan dampak dari pandemi Covid-19. Ini karena kebanyakan penggalangan dana dilakukan sebelum pemerintah-pemerintah di Asia Tenggara mulai mengambil langkah yang lebih drastis dalam mengontrol kegiatan sosial dan mobilitas penduduk di bulan April,” kata Andi Haswidi, kepala riset pasar Asia Tenggara di DealStreetAsia.

“Setelah melihat data yang ada dan berbicara dengan para pemain di industri, kami berkesimpulan bahwa tantangan akan semakin berat di kuartal kedua dan berikutnya, karena keberanian investor untuk mengambil resiko telah berubah secara drastis. Para manajer dana kelolaan akan sangat berhati-hati dalam mendistribusikan investasi. Hal ini bisa berdampak terhadap valuasi perusahaan rintisan berbasis teknologi meskipun ada cukup dana yang bisa diinvestasikan di luar sana.”

Data yang lebih lengkap dapat diakses oleh pelanggan DealStreetAsia melalui tautan ini:

https://www.dealstreetasia.com/reports/se-asias-vc-funds-q1-2020-review

 

Mengenai DealStreetAsia:
 

DealStreetAsia™ adalah sebuah perusahaan media online berbayar yang terdaftar di Singapura. Fokus pemberitaan DealStreetAsia adalah segala kegiatan bisnis perusahaan modal ventura dan perusahaan private equity, khususnya proses penggalangan dana dan penempatan investasi.

Kami menyediakan data, intelijen dan opini mengenai beberapa pasar di Asia yang cukup tertutup dan rumit bagi investor regional maupun internasional. Kami juga memonitor aktivitas bisnis perusahaan rintisan yang berhasil mendobrak pasar dan berperan dalam evolusi Asia Tenggara sebagai salah satu pasar paling berkembang di dunia.

 

Download

About DealStreetAsia

DealStreetAsia™ is a Singapore-headquartered, subscription-driven media company, covering all deals – private equity, venture capital M&As, listings and the business of startups across Asia. We provide deals data, intelligence, and perspective on some of Asia’s most opaque markets to international and regional investors. We also track startups that are disrupting the status quo and playing an important role in the evolution of one of the fastest-growing regions of the world. As Southeast Asia’s first subscription-based digital media company, our USP is producing journalism worth paying for – we are NOT a content play. The response to the introduction of the paywall has surpassed our expectations – it validates our readers’ support for our journalism, and it is fuel for us to double down on building a world-class organization. Our coverage is powered by growing our strong team of nearly two dozen writers and researchers, who live and work in key markets across the region, including Singapore, China, Hong Kong, Indonesia, the Philippines, Myanmar, Vietnam, Malaysia, and India. Over the last five years, we have differentiated ourselves in an aggregation-dominated market, with the depth and width of our stories, and provided deal engineers across the industry a competitive edge. The site also addresses the imbalance in coverage of companies from this demographically diverse and challenging region which has frequently been underserved by the media – both international and regional. Our breaking stories have been followed by all leading media including Bloomberg, Reuters, TechCrunch, and Business Times, among others. In mid-2019, Nikkei Inc, the owner of Financial Times, picked up a controlling stake in DealStreetAsia. Through its coverage, analytics, and events, DealStreetAsia’s aim is to chronicle Asia as it negotiates a new Golden Age of investing. We will be launching a series of new products through 2020 including data, research, and long-form articles. Stay tuned for these announcements. Read more at: https://www.dealstreetasia.com/about-us/
Final and interim close
Performa penggalangan dana di kuartal pertama belum sepenuhnya menggambarkan dampak dari pandemi Covid-19. Ini karena kebanyakan penggalangan dana dilakukan sebelum pemerintah-pemerintah di Asia Tenggara mulai mengambil langkah yang lebih drastis dalam mengontrol kegiatan sosial dan mobilitas penduduk di bulan April - kata Andi Haswidi, kepala riset pasar Asia Tenggara di DealStreetAsia

Media Contacts

ASEAN

Andi Haswidi +62811231431

Asia

Melvin Chew +6583232465

Stay informed by subscribing to the
DealStreetAsia releases.